Penjelasan Lengkap Ilmu Syari'at, Tarekat, Hakikat dan Makrifat

Author: Moh Takdir Tembandjobu / Label:



اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
(Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh)
Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang telah memberikan Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-nya kepada kita semua sehingga kita masih dapat hidup di Dunia ini, serta semoga kita semua selalu mendapat Inayah dan Lindungan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin ya Rabbal'alamin” ...

Shalawat, Salam serta Taslim kepada sang Revolusioner Dunia, Junjungan Alam Nabi Besar Sayyidina Maulana Muhammad Shallawlahu ‘Alaihi Wasallam yang telah membimbing kita dari zaman Kegelapan dan Kebodohan menuju zaman Terang Benerang, sangat jelas perbedaan antara Hak dan Bathil serta penuh dengan Ilmu Pengetahuan seperti saat ini.

Pada Artikel ini kami akan membahas tentang Ilmu Syari'at, Tarekat, Hakikat dan Makrifat. Sebelum masuk ke Materi marilah kita membaca Ta‘awuz : أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ “A’udzu billahi minasy syaithonir rojiim” dan Basmalah : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحيمِ “Bismillahirraahmanirrahiim” Agar Bacaan yang dibaca menjadi Berkah dan Bermanfaat. آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ “Aamiin ya Rabbal'alamin” ...

Ilmu menurut bahasa diartikan dengan pengetahuan dan menurut pakar ushuluddin diartikan dengan pengetahuan yang sesuai dengan realita. Baik menurut bahasa maupun menurut pakar ushuluddin ilmu mempunyai arti yang sangat luas karena mencakup semua ilmu pengetahuan baik yang berhubungan dengan dunia maupun akhirat.

Didalam Islam terdapat Empat Tingkatan Spiritual umum, yaitu Syari'at, Tariqah, Haqiqah, dan tingkatan keempat Ma'rifat yang merupakan tingkatan yang 'tak terlihat'. Tingkatan keempat dianggap merupakan inti dari wilayah hakikat, sebagai esensi dari seluruh tingkatan kedalaman Spiritual beragama tersebut.

Penjelasan secara singkat, Syariat, Tarekat, Hakikat dan Makrifat adalah sebagai berikut:
1.        Syari’at (Islam) adalah ilmu tentang perintah dan larangan Allah yang harus disampaikan kepada para Nabi dan Rasul melalui jalan wahyu (Wahyu Tasyri’), baik yang langsung dari Allah maupun yang menggunakan perantaraan malaikat Jibril. Jadi semua wahyu yang diterima oleh para nabi semenjak Nabi Adam alaihissalam hingga nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ilmu laduni termasuk yang diterima oleh Nabi Musa ‘Alaihis Salam dari Nabi Khidir ‘Alaihis Salam.

Allah Swt, Berfirman tentang Khidhir a.s:
“Yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.” ( Q.S Al-Kahfi: 65)

Syari’at (Islam) merupakan hukum dan aturan (Islam) yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, syariat (Islam) juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Maka oleh sebagian penganut Islam, syariat (Islam) merupakan panduan menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini

2.        Tarekat berasal dari kata ‘Thariqah’ yang artinya ‘jalan’. Jalan yang dimaksud di sini adalah jalan untuk menjadi orang bertaqwa, menjadi orang yang diredhoi Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Secara praktisnya tarekat adalah kumpulan amalan-amalan lahir dan batin yang bertujuan untuk membawa seseorang untuk menjadi orang bertaqwa. Menurut Al-Jurjani ‘Ali bin Muhammad bin ‘Ali (740-816 M), tarekat ialah metode khusus yang dipakai oleh salik (Para Penempuh Jalan) menuju Allah Ta’ala melalui tahapan-tahapan/Maqamat. Ada 2 macam tarekat yaitu Tarekat Wajib dan Tarekat Sunat.
a.    Tarekat Wajib, yaitu amalan-amalan wajib, baik fardhu ain dan fardhu kifayah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim. tarekat wajib yang utama adalah mengamalkan rukun Islam.
b.    Tarekat Sunat, yaitu kumpulan amalan-amalan sunat dan mubah yang diarahkan sesuai dengan 5 Syarat ibadah untuk membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa. Tentu saja orang yang hendak mengamalkan tarekat sunnah hendaklah sudah mengamalkan tarekat wajib. Jadi tarekat sunnah ini adalah tambahan amalan-amalan di atas tarekat wajib.

3.        Hakikat artinya i`tikad atau kepercayaan sejati (Mengenai Tuhan), maka hakikat ini pekerjaan hati. Sehingga tidak ada yang dilihat didengar selain Allah, atau gerak dan diam itu diyakini dalam hati pada hakikatnya adalah kekuasaan Allah. Perkataan hakikat berasal dari kata “Al-Haqq” yang artinya kebenaran. Karena itu, ilmu hakekat adalah ilmu untuk mencapai kebenaran. Menurut orang shufi hakikat itu baru akan didapat sesudah memperoleh ma’rifat dan telah menjalani thareqat. Oleh karena itu, yang mula-mula mencari sesuatu dengan ilmunya (Ilmu Yakin), kemudian baru sampai kepada keyakinan akal dan jiwa atau juga dinamakan ainul yakin maka baru sampai ke hakkul yakin (Keyakinan yang Sebenarnya). Hakkul yakin hanya dapat dicapai di dalam fana, yaitu sesudah melalui dua tahap, ilmu yakin dan ainul yakin. Demikian apabila thareqat dijalankan dengan segenap kesungguhan dan setia memegang syaratnya akhirnya bertemu dengan hakikat.

4.        Makrifat berasal dari kata. “Ara Fa” yang arti­nya: mengenal. Menurut “Imam Al-Ghozali”, arti pengenalan kepada Allah, Tuhan semesta alam, yaitu yang timbul karena musyahadah (Penyaksian). Dari segi bahasa Makrifat berasal dari kata Ara fa, Ya’rifu, Irfan, Ma’rifat yang artinya pengetahuan dan pengalaman. yaitu perpaduan dari syariat-tarikat-hakikat yang nantinya menuju kepada “Mengenal Allah Subhanahu Wa Ta'ala, dan keilmuan (Kunci Kode) Alam Semesta yang termuat dalam Al-Qur’an serta mentaati Syariat Rasulullah Shallawlahu ‘Alaihi Wasallam,” 


Demikian Artikel mengenai Ilmu Syari'at, Tarekat, Hakikat dan Makrifat. Kita akhiri dengan mebaca Hamdallah : اَ الحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ “Alhamdulillahirabbil ’Alamin”.



Pengertian, sejarah dan macam-macam Tarekat

Author: Moh Takdir Tembandjobu / Label:

 

Pengertian, sejarah dan macam-macam Tarekat

 

Manusia mempunyai dua alat untuk mengetahui, yaitu akal dan kalbu. Akal merupakan alat untuk berpikir secara rasional melalui pengamatan dan penelitian indera terhadap objek-objek yang bersifat material. Kalbu tidak ada kaitannya dengan panca indera ia langsung memperoleh pengetahuannya dari sumber pertamanya, Tuhan. Dalam sejarah Islam, kedua alat tersebut telah dikembangkan, akal dikembangkan oleh kaum tiolog, kaum pilosof dan kaum mufassirin, sedangkan kalbu oleh kaum sufi sejak abad ke-8 M; yang selanjutnya berkembang menjadi organisasi kaum sufi di abad ke-12 M, bertujuan melestarikan ajaran-ajaran sufi besar tentang pendekatan diri kepada Tuhan. Tarekat ini muncul setelah Al-Ghazali menghalalkan tasawuf yang semula dianggap sesat. Berikut beberapa penjelasan singkat tentang pengertian, sejarah dan macam-macam tarekat.

A. Pengertian tarekat

Secara etimologis pengertian tarekat berasal dari bahasa Arab, thariqah, yang berarti jalan, jalan kecil atau gang. Secara terminologis, tarekat adalah jalan yang harus ditempuholeh setiap kaum sufi untuk mencapai tujuannya, mendekatkan diri kepada Tuhan sedakat-dekatnya, istilah ini dipakai sampai abad ke-11 M, digunakan untuk menunjukkan suatu metode psikologi moral dalam membimbing seseorang untuk mengenal Tuhan. Dalam perkembangan selanjutnya, tarekat menjadi organisasi keagamaan kaum sufi dengan jumlahnya banyak dan nama yang berbeda-beda. Tarekat ini tersebar ke Asia Tenggara, Asia Tengah, Afrika Timur, Afrika Utara, India, Iran dan Turki. Walaupun tarekat ini berbeda-beda, dalam realitas mengarah kepada tujuan yang sama, yaitu berada sedekat mungkin dengan Tuhan. Semuanya bercorak moral; hidup zuhud, jujur, sabar, khusyuk; cinta, tawakal, dan sebagainya seperti yang diserukan Islam. Perbedaan itu hanya terdapat dalam aturan-aturan praktis saja. Tarekat yang tersebar ke seluruh penjuru dunia telah memainkan peranan penting dalam bidang agama, social, budaya dan politik. Dengan demikian, antara tasawuf dan tarekat sebenarnya sama; tarekat merupakan kelanjutan dari tasawuf. Secara praktis tasawuf dilakukan secara perorangan, terutama oleh orang-orang suci (sufi), termasuk para wali; sedangkan tarekat dilakukan secara kolektif, membentuk sebuah organisasi yang melestarikan ajaran-ajaran kaum sufi yang menjadi syekh (guru)nya. Tarekat memakai tempat sebagai pusat kegiatan mereka yang disebut ribath zawiyah, hanggkah (Persia), pakir (Turki).

B. Sejarah tarekat

Sebagaimana telah disinggung di muka, tarekat merupakan kelanjutan dari tasawuf. Sebagai halnya kaum sufi, para penganut tarekat bertujuan mendekatkan diri kepada Tuhan melalui tahapan-tahapan yang disebut maqam. Ajaran tasawuf yang pada mulanya diamalkan oleh sufi bersangkutan, selanjutnya disampaikan kepada orang lain secara perorangan ataupun secara kelompok. Dengan demikian, timbul di kalangan umat Islam kumpulan-kumpulan sufi dengan sufi tertentu sebagai guru, syekh, mursyid (yang mempunyai keramat) dengan murid-murid tertentu pula. Tempat pembinaan murid mulanya dipusatkan di rumah syekh, tetapi setelah anggotanya bertambahbanyak, segera bermunculan ribath dan zawiyyah sebagai perkampungan khusus untuk pendidikan murid. Sufi besar (syekh) yang mempunyai keramat senantiasa didatangi oleh muridnya. Anggota tarekat terdiri dari dua kelompok, yaitu murid dan pengikut awam. Murid adalah pengikut yang tinggal di dalam ribath dan memutuskan perhatian kepada ibadahnya. Pengikut awam adalah mereka yang tinggal di luar ribath serta tetap bekerja dengan pekerjaan mereka setiap hari. Tetapi, pada waktu-waktu tertentu mereka juga ikut berkumpul untuk menjalani latihan spiritual para murid . Murid yang dipandang oleh syekh telah berhasil mencapai tingkat tertinggi akan memperoleh ijazah (pengakuan untuk menjadi guru tarekat). Pemegang ijazah keluar dari ribath. Selanjutnya ia mengadakan dan memimpin ribath yang serupa atau dimodifikasi seperlunya ditempat lain. Demikianlah sebuah tarekat dengan ribathnya yang berdiri di suatu tempat dapat meluas ke berbagai wilayah di dunia Islam, seperti ke Irak, Afrika Utara, Turki, India, bahkan Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya, setelah sufi-sufi besar meninggal dunia, para muridnya yang tersebar luas itu bertekad melestarikan ajaran-ajaran syekh mereka. Maka pada abad ke-12 M, terbentuklah organisasi-organisasi sufi dengan pengikutnya masing-masing. Dengan demikian, tarekat tidak mengandung arti metode atau jalan, tetapi organisasi atau kesatuan jamaah sufi dengan pengikutnya.

C. Macam-macam tarekat

Seperti halnya dalam teologi dan fikih, dalam tarekat pun terdapat banyak aliran. Dalam The Encylopedia of Islam disebutkan tarekat lebih dari 200 aliran. Cabang-cabang tarekat terbentuk di berbagai tempat tidak semuanya menghubungkan tarekatnya kepada nama tokoh pendiri pertama, tetapi kepada syekh pendiri cabang itu sendiri. Itulah sebabnya nama-nama tarekat banyak macamnya. Di samping itu, banyaknya guru tarekat yang mengembangkan ajaran tarekatnya masing-masing ikut menambah koleksi nama-nama tarekat. Pengembangan itu bukan pada aspek ibadah mahdhah, tetapi pada aspek riyadhah (latihan) yang berbeda. Adapun beberapa macam tarekat yang muncul di abad ke-12 M, di antaranya sebagai berikut:

1. Tarekat Ghazaliah

Tarekat ini dinisbahkan kepada pendirinya, Abu Hamid Al-Ghazali (w. 505 H.) yang menulis Ihya’ ‘Ulum al-Din. Dia memberikan pedoman tasawuf secara praktis, yang kemudian diikuti oleh tokoh sufi berikutnya seperti ‘Abd Al-Qadir Al-Jailani dan Ahmad bin Rifa’i. dengan tarekatnya ia telah sampai kepada ma’rifat.

2. Tarekat Qadariah

Tarekat ini dinisbahkan kepada pendirinya, ‘Abd Al-Qadir Al-Jailani, lahir di Jailan (470 H) dan meninggal di Irak (561 H). Tarekatnya dikembangkan oleh para muridnya ke Yaman, Mesir, India, Turki, Afrika, Sudan, Cina sampai ke Indonesia.

3. Tarekat Rifa’iah

Tarekat ini dinisbahkan kepada pendirinya, Ahmad Rifa’i, berasal dari kabilah Arab, banu Rifa’ah. Ia lahir di Irak tahun 1106 M dan meninggal tahun 1182 M. tarekat ini tersebar luas ke Mesir dan Irak. Rifa’i dikenal sebagai sufi “yang meraung” , karena dalam zikirnya ia bersuara nyaring, meraung-raung.

4. Tarekat Suhrawardiah

Tarekat ini didirikan oleh Abu Al-Najib Al-Syuhrawardi (1097-1168 M). Karyanya berjudul Adab Al-Muridin. Tarekat ini kemudian dikembangkan oleh anak saudaranya, Syihab al-Din Abu Hash al-Baghdadiy (1145-1234 M) ia menyusun kitab Awarif Al-Ma’arif yang berisi aturan-aturan tarekat.

5. Tarekat Syadziliah

Tarekat ini didirikan oleh Nur Al-Din Ahmad bin ‘Abd Allah Al- Syadzili (1196-1258 M) dari Maroko. Pengikutnya tersebar ke Mesir, Afrika Utara, Afrika Barat, Andalusia, Siria dan Indonesia. Berbeda dengan sufi-sufi lainnya, Al-Syadzali tidak menekan perlunya tapa (bersemedi) dan tidak menganjurkan bentuk zikir tertentu yang disuarakan dengan lantang.

6. Tarekat Naqsabandiah

Tarekat ini didirikan oleh Muhammad ibn Muhammad Baha’ Al-Din Al-Naqsabani (1317-1389 M). tarekat ini tersebar ke Turki, India, Cina dan Indonesia. Selain tarekat-tarekat yang telah disebutkan di atas, sebenarnya masih banyak tarekat yang berkembang di dunia Islam, khususnya yang berkembang pada abad ke-13 M.

 

Sumber : https://ilmu-tarekat.blogspot.com/2020/06/pengertian-sejarah-dan-macam-macam.html

 

          Lahirnya tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, dua tarekat yang disatukan oleh Syaikh Ahmad Khatib As-Sambasy dari berbagai pengaruh budaya yang mencoba memasuki relung hati bangsa Indonesia, kiranya Islam sebagai agama wahyu berhasil memberikan bentukan jati diri yang mendasar. Islam berhasil tetap eksis di tengah keberadaan dan dapat dijadikan symbol kesatuan. Berbagai agama lainnya hanya mendapatkan tempat disebagian kecil rakyat Indonesia. Keberadaan Islam di hati rakyat Indonesia dihantarkan dengan penuh kelembutan oleh para sufi melalui kelembagaan tarekatnya, yang diterima oleh rakyat sebagai ajaran baru yang sejalan dengan tuntutan nuraninya

 

Pokok-pokok ajaran Thoriqoh Naqsabandiyah:

 

- Berpegang teguh dengan akidah ahli Sunnah

- Meninggalkan Rukhshah

- Memilih hukum yang azimah

- Senantiasa dalam muraqabah

- Tetap berhadapan dengan Tuhan

- Senantiasa berpaling dari kemegahan dunia.

- Berpakaian dengan pakaian orang mukmin biasa.

- Zikir tanpa suara

- Mengatur nafas tanpa lali dari Allah

- Berakhlak dengan akhlak Nabi Muhammad SAW

 

Ada enam dasar yang dipakai sebagai pegangan untuk mencapai tujuan dalam Thorikoh ini, yaitu:

 

- Tobat

- Uzla (Mengasingkan diri dari masyarakat ramai yang dianggapnya telah mengingkari ajaran-ajaran Allah dan beragam kemaksiatan, sebab ia tidak mampu memperbaikinya)

- Zuhud (Memanfaatkan dunia untuk keperluan hidup seperlunya saja)

- Taqwa

- Qanaah (Menerima dengan senang hati segala sesuatu yang dianugerahkan oleh Allah SWT)

- Taslim (Kepatuhan batiniah akan keyakinan qalbu hanya pada Allah)

 

Hukum yang dijadikan pegangan dalam Thoriqoh Naqsabandiyah ini juga ada enam, yaitu:

- Zikir

- Meninggalkan hawa nafsu

- Meninggalkan kesenangan duniawi

- Melaksanakan segenap ajaran agama dengan sungguh-sungguh

- Senantiasa berbuat baik (ihsan) kepada makhluk Allah SWT

- Mengerjakan amal kebaikan

 

Syarat-syarat untuk menjadi pengikutnya :

- I’tiqad yang benar

- Menjalankan sunnah Rasulullah

- Menjauhkan diri dari nafsu dan sifat-sifat yang tercela

- Taubat yang benar

- Menolak kezaliman

- Menunaikan segala hak orang

- Mengerjakan amal dengan syariat yang benar

 

 

 

Sejarah tarekat di Indonesia dimulai bersamaan dengan masuknya ajaran agama Islam ke bumi Nusantara. Kala itu, sebagian besar ulama yang datang ke Nusantara diyakini telah mengajarkan agama Islam dengan kapasitas mereka sebagai guru-guru sufi. Adapun tarekat diketahui kali pertama berkembang di Indonesia sekitar pada abad ke-16 Masehi.

 

Ada sekitar 45 tarekat yang berkembang di dunia. Sebagian besar tarekat masih ada hingga kini, tetapi ada juga beberapa yang telah punah. Adapun di Indonesia, tarekat dikelompokkan menjadi dua, yakni thariqah mu'tabarah (tarekat yang sah karena sanad muttashil atau memiliki silsilah yang terhubung hingga kepada Nabi Muhammad) dan thariqah ghairu mu'tabarah (tidak sah karena silsilahnya terputus).

 

Aliran-aliran tarekat yang berkembang di bumi Nusantara kala itu meliputi Tarekat Qadiriyyah, Tarekat Syatariyyah, Tarekat Naqsabandiyyah, Tarekat Khalwatiyah, Tarekat Samaniyah, hingga Tarekat Alawiyah.

 

Lahirnya tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, dua tarekat yang disatukan oleh Syaikh Ahmad Khatib As-Sambasy dari berbagai pengaruh budaya yang mencoba memasuki relung hati bangsa Indonesia, kiranya Islam sebagai agama wahyu berhasil memberikan bentukan jati diri yang mendasar. Islam berhasil tetap eksis di tengah keberadaan dan dapat dijadikan symbol kesatuan. Berbagai agama lainnya hanya mendapatkan tempat disebagian kecil rakyat Indonesia. Keberadaan Islam di hati rakyat Indonesia dihantarkan dengan penuh kelembutan oleh para sufi melalui kelembagaan tarekatnya, yang diterima oleh rakyat sebagai ajaran baru yang sejalan dengan tuntutan nuraninya.



Sumber : https://joelbuloh.blogspot.com/2020/11/macam-macam-tarekat-di-indonesia-dan_16.html